Thursday, September 13, 2012

Cara membuat VCO, Virgin Coconut Oil




Ada beberapa cara pengolahan ataupun pembuatan umum VCO, yaitu dengan cara pemanasan, peragian, dan pancingan yang lazim dikenal untuk pembuatan VCO mempunyai kelemahan. Pemanasan menyebabkan bau tengik dan menguapnya asal laurat dan kapriat. Sedangkan peragian membutuhkan asupan bakteri yang sulit didapat.
Saat ini sudah berhasil dikembangan cara pembuatan VCO dengan kwalitas yang terbaik yaitu dengan cara mixing dengan putaran High Speed, > 1.500 ppm

Untuk mendapatkan 1 liter CVO murni dengan cara mixer dibutuhkan kelapa tua ukuran besar sekitar 10 s/d 15 butir. Harga VCO yang sudah jadi di pasaran berkisar dari Rp. 25 ribu s/d 50 ribu/ 100 ml. (sudah dalam kemasan botol platik).

Untuk memudahkan pembuatan, ambil 10 s/d 15 butir kelapa tua yang telah didiamkan selama 1 bulan. Kupas dan keluarkan daging dari tempurung. Buang lapisan luar dading kelapa yang berwarna coklat dengan pisau, lalu parut daging kelapa dengan alat pemarut manual/mesin atau dengan tangan. Kelapa parutan harus langsung diperas santannya.Tenggang waktu tidak boleh dari ½ jam, kalau kelamaan minyak akan gagal terbentuk.
Caranya, kelapa parutan dilarutkan pada 6 Liter air dan diperas untuk diambil santan. Lakukan dengan dua kali pemerasan, misal pertama 3 Liter dan selanjutnya 3 Liter. Diamkan santan itu dalam wadah yang berkeran selama 15 – 30 menit.

Sentrifugal
Setelah didiamkan maka terbentuklah dua lapisan, kanil atau kepala santan pada bagian atas dan air di bawah. Buang air dengan membuka keran. Umumnya dari 6 Liter santan dihasilkan 3 – 4 kanil dan 2-3 liter air, protein, dan minyak. Simpan kanil pada baskom bersih, lalu putar dengan mixer dengan kecepatan penuh selama 15 menit. Kecepatan ideal untuk sekala industri sekitar 1.500 ppm. Putaran itu menyebabkan emulsi terdispersi alias terpecah. Saat itulah udara disekitar bertindak sebagai koagulan untuk menarik protein dari minyak dan air.
Putaran itu sangat efektif. Buktinya, setelah didiamkan 2-4 jam di galon air mineral yang dibalik, lapisan air, minyak, dsan blondo terbentuk. Bandingkan dengan cara minyak pancingan yang membutuhkan waktu sekitar 8 – 10 jam. Minyak diambil dengan membuka keran bawah galon yang dimodifikasi. Bila proses sempurna, diperoleh sekitar 1 Liter VCO. Pada sebuah kasus, minyak dapat terbentuk setelah didiamkan selama ½ – 1 jam. Rahasianya sangat sederhana, santan diperoleh tanpa dilarutkan dalam air. Minyak yang dihasilkan disebut VCO premium alias super.
Minyak yang dihasilkan dari proses sentrifugal itu memiliki bau khas kelapa. Namun, perlu dijernihkan dan diturunkan kadar airnya melalui proses penyaringan. Ada 3 tahap penyarinigan, pertama dengan saringan anti karat berukuran 200 mesh, kedua kertas saring 400 msh, dan terakhir kertas tisue tanpa pafum. Penyaringan yang terakhir berfungsi ganda: menyaring dan menurunkan kadar air. Air biasanya tertahan di tisue atau mengendap ke udara.

Uji Lab Terhadap VCO

Mengapa minyak kelapa murni ampuh untuk mengobati penyakit maut ?
Menurut Dr AH Bambang Setiaji MSc, yang mempopulerkan minyak dara, VCO mengandung 93% asam lemak jenuh, tetapi 47 – 53% berupa minyak jenuh berantai sedang. Sifatnya tidak dapat tersintesis menjadi kolestrol, tidak ditimbun dalam tubuh, mudah dicerna dan dibakar.

Hasil uji Laboraturium Kimia Universitas Gadjah Mada menunjukan, zat dominan dalam minyak dara adalah asam laurat, mencapai 50.33%. kandungan lain berupa 14,32 % asam kaproat, 10.25% asam kaprat, 12.91% asam miristat, dan 4,92% asam palmitat.

Menurut Prof Walujo Samoero Soerjodibroto (Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) asam laurat terbukti anti virus, dan anti protozoa. Patogen yang mampu diatasi oleh minyak dara antara lain bakteri Streptococcus agalactiae dan Streptococcus aerus, beragam virus seperti herpes, sarkoma, HIV, Leukimia, dan cytomegalovirus. Semua patogen berlapis lemak.

Dengan demikian asam laurat yang juga berupa minyak dapat menyatu dengan organisme itu untuk kemudian mematikanya. Mekanismenya sederhana, mikroorgenisme itu mempunyai dinding sel yang tersusun dari lipid. Dinding sel itu ditembus oleh monolaurin sehingga cairan di dalam sel tersedot keluar. Terjadilah pengerutan sel yang mengakibatkan mikroorganisme mati. Uniknya, mekanisme itu hanya berlaku untuk mikroorganisme jahat.

Antibiotik yang selama ini dimanfaatkan untuk mengatasi serangan organisme patogenik itu kurang manjur. Karena antibiotik hanya larut dalam darah, tetapi tidak larut dalam lemak.

Prof dr Walujo Soerjodibro MSc. Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan, konsumsi minyak kelapa sesuai kebutuhan tidak berdampak buruk terhadap kesehatan. Justru membina kesehatan termasuk janrung dan pembuluh darah. Pantas saja masyarakat Pukapuka dan Tokelau di Lautan Pasific, seperti dikisahkan Dr Bruce Fife dalam “The Healing Miracles of Coconut Oil, mempunyai kesehatan prima.

Padahal mereka mengkonsumsi lemak dalam bentuk minyak kelapa 60% dari total kalori per hari. Rumus yang selama ini dipercaya banyak orang, konsumsi lemak maksimal 30% dari total kalori jika tak ingin menderita penyakit jantung. Sekitar 10% diantaranya batas maksimal konsumsi lemak jenuh. Artinya konsusi lemak masyarakat Pukapuka 2 kali dari ambang batas. Faktanya, mereka terbebas dari beragam penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, dan kanker.

No comments:

Post a Comment